Jawaban Shalat Istikharah Apakah Harus Mimpi?


Assalamualaikum wr. wb.

Pak ustadz, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan seputar solat istikharah:
1. Apakah solat istikharah itu selalu di jawab oleh allah s.w.t melalui mimpi?
2. Saya pernah melakukan solat istikharah dan menyuruh wanita yang saya lamar juga untuk solat istikharah, tapi dalam mimpi saya terbayang bahwa wanita itu lah yang ada dalam mimpi saya (mungkin saja dia itu jodoh saya), tetapi ketika saya tanya kan ke wanitanya justru dia memimpikan laki-laki lain. Kenapa bisa terjadi perbedaan mimpi? Apakah kami tidak berjodoh atau bagaimana?

Mohon penjelasannya. pak ustadz.

terima kasih.


Assalamu `alaikum WarahmatullahiWabarakatuh

Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan bahwa hasil dari shalat istikharah berupa sebuah mimpi. Sejumlah ulama di antaranya Imam An-Nawawi menyatakan bahwa pilihan akan diberikan kepada orang yang melaksanakan shalat tersebut adalah dengan dibukakan hatinya untuk menerima atau melakukan suatu hal.

Tetapi pendapat ini ditentang oleh sejumlah ulama di antaranya Al-'Iz ibn Abdis-Salam, Al-'Iraqi dan Ibnu Hajar. Bahwasanya orang yang telah melaksanakan shalat istikharah hendaklah melaksanakan apa yang telah diazamkannya, baik hatinya menjadi terbuka maupun tidak tidak.

Ibnu Az-Zamlakani berkata bahwa bila seseorang melaksanakan shalat istikharah dua rakaat karena sesuatu hal, maka hendaklah ia mengerjakan apa yang memungkinkan baginya, baik hatinya menjadi terbuka untuk melakukannya atau tidak. Karena sesungguhnya kebaikan ada pada apa yang dia lakukan meskipun hatinya tidak menjadi terbuka. Beliau berpendapat demikian karena dalam hadits Jabir tidak dijelaskan adanya hal tersebut. Untuk lebih jelasnya masalah ini silahkan rujuk kitabThabaqat Asy-Syafi'iyah oleh Ibnu As-Subki pada jilid 9 halaman 206.

Sedangkan hadis Anas bin Malik yang dijadikan landasanoleh Imam An-Nawawi didhaifkan oleh sejumlah ulama, sebagaimana disebutkan di dalam kitab penjelasan shahih Bukhari, yaitu kitab Fathul Bari jilid 11 halaman 187.

2. Adapun untuk menjawab pertanyaan kedua, sebenarnya urusan shalat istikharah dan jawabannya bukan satu-stunya bahan pertimbangan. Apalagi terkait dengan masalah jodoh.

Justru sebelum bicara masalah istikharah, sebaiknya gunakan terlebih dahulu logika dan pertimbangan-pertimbangan nalar yang logis. Misalnya pertimbangan masalah latar belakang budaya, tingkat sosial, pendidikan, bahkan kalau perlu masalah kondisi kesehatan. Khusus yang satu ini seringkali luput dari perhatian, padahal sebenarnya merupakan objek penelitian yang layak. Misalnya, adakah cacat bawaan, atau bibit penyakit bawaan yang disandang oleh masing-masing pihak.

Kalau seluruh pertimbangan nalar dan logika sudah selesai dan hasilnya positif, maka serahkan segala sesuatunya kepada Allah SWT. Sementara itu shalatlah sunnah untuk meminta ketetapan hati. Dan shalat itu namanya shalat istikharah.

Jadi sebenarnya shalat istikharah itu bukan shalat yang melepaskan diri kita dari segala bentuk pertimbangan manusiawi. Seolah-olah kita hanya memejamkan mata, biar Allah SWT saja yang memilihkan. Lalu hasil pilihan Allah SWT akan diwahyukan lewat mimpi. Tidak!! Tidak demikian.

Sebab mimpi itu bisa bersumber dari ilham, akan tetapi seringkali juga datang dari syetan. Dan seseorang tidak pernah bisa memastikan, dari mana datangnya mimpi itu. Maka pertimbangan nalar dan logika harus lebih didahulukan, sebagai Rasulullah SAW telah mengajarkannya.

Dari Abi Hurairah ra bahwa Rasulullah SAW berdabda,"Wanita itu dinikahi karena 4 hal: [1] hartanya, [2] keturunannya, [3] kecantikannya dan [4] agamanya. Maka perhatikanlah agamanya kamu akan selamat. (HR. Bukhari Kitabun Nikah Bab Al-Akfa' fiddin nomor 4700, Muslim Kitabur-Radha' Bab Istihbabu Nikah zatid-diin nomor 2661)

Di sisi lain, ketika ada seorang shahabat ingin menikah dan melapor kepada Rasulullah SAW, beliau SAW bertanya apakah sudah melihat pisiknya. Shahabat tadi menyatakan belum, maka Rasulullah SAW memerintahkannya untuk melihat dulu penampilan fisiknya. Kalau urusan fisik tidak perlu dijadikan bahan pertimbangan, tentu beliau SAW tidak akan memerintahkan untuk melihatnya.

Dari Abu Hurairah ra berkata: Saya pernah di tempat kediaman Nabi, kemudian tiba-tiba ada seorang laki-laki datang memberitahu bahwa dia akan kawin dengan seorang perempuan dari Anshar, maka Nabi bertanya, "Sudahkah kau lihat dia?" Ia mengatakan, "Belum!" Kemudian Nabi mengatakan, "Pergilah dan lihatlah dia, karena dalam mata orang-orang Anshar itu ada sesuatu." (Riwayat Muslim)

Semua ini menunjukkan bahwa dalam memilih jodoh itu harus ada upaya penilaian secara nalar dan logis. Tidak boleh hanya memejamkan mata lalu shalat istikharah dan jawabannya terserah Allah. Yang begitu bukan ajaran dari nabi kita Muhammad SAW.

Wallahu a`lam bishshowab. Wassalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ahmad Sarwat, Lc.

Pencarian Profil Anggota Taaruf

Gunakan fasilitas ini untuk mencari biodata singkat anggota taaruf dengan kata kunci sesuai kriteria.

Artikel